Rabu, 19 Desember 2012

Kisah Abu Nawas Menipu Raja Dapat Hadiah

Menipu Raja Dapat Hadiah

Abu Nawas dikenal dengan akalnya yang cerdas.
Berkat kecerdasannya itu pula ia kerap lolos dari hukuman Raja, bahkan suatu waktu Abu Nawas pernah mendapatkan hadiah dari Sang Raja, meskipun Sang Raja itu telah ditipunya.
Berikut ini Kisah Abu Nawas ini.

Pada suatu hari Abu Nawas mengajak Raja Haru Arrasyid pergi ke sebuah desa.
Sang Raja diminta menyamar sebagai rakyat biasa dan tidak boleh membawa pasukan karena ia akan menunjukkan potret nyata sebagian rakyat di kerajaan itu.

Tibalah keduanya di sebuah desa yang mayoritas penduduknya suka makan daging manusia.
Hingga akhirnya Abu Nawas dan Baginda Raja tertangkap oleh penduduk tersebut.
Mereka akan dibunuh lalu dagingnya akan di masak dan di makan.

Akan tetapi Abu Nawas akhirnya dilepaskan karena memiliki tubuh yang kurus dan kusam, sedangkan Sang Raja tetap ditahan karena gemuk dan kulitnya bersih.
Namun beruntung bagi Baginda, dalam sebuah kesempatan ia berhasil melepaskan diri dan lolos.
Namun demikian Raja Harun menaruh dendam kepada Abu Nawas dan berjanji akan menghukumnya.

Abu Nawas Pura-Pura Mati
Maka di suruhlah prajurit kerajaan untuk menagkap Abu Nawas di rumahnya.
Beruntung saat di datangi prajurit, Abu Nawas bersembunyi dan prajurit itu pulang ke istana dengan tangan hampa.

"Apa yang telah engkau lakukan sehingga prajurit kerajaan akan menangkapmu," kata istri Abu Nawas.
Abu Nawas pun akhirnya bercerita panjang lebar sebab adanya perintah penangkapannya itu.
Si istri gelisah, ia tahu bahwa raja akan menghukum suaminya dengan hukuman yang berat.

"Lalu apa yang akan kamu perbuat, tidak mungkin kamu bersembunyi,karena suatu saat prajurit istana akan datang lagi ke rumah ini untuk menagkapmu," ujar istrinya.
Wajah Abu Nawas sepintas nampak lesu.
Namun beberapa detik kemudian wajahnya mulai tersenyum, sepertinya ia baru saja menemukan ide yang cemerlang.

"Wahai istriku, aku akan pura-pura mati, menangislah dan berteriaklah kamu agar para tetangga yakin aku telah mati," kata Abu Nawas.
Si istrinya pun lantas melakukan perintah suaminya.
Ia tiba-tiba menangis dan berteriak sembari menyebut nama suaminya dan para tetengga pun berdatangan, mereka melihat tubuh tubuh Abu Nawas terbujur kaku di ranjangnya.
Mereka mengira Abu Nawas benar-benar mati.

Maka dengan cepat kabar kematian Abu Nawas tersebut tersebar ke penjuru negeri.
Bahkan Baginda tetap tidak percaya, ia meminta kepada prajurit untuk membawa mayat Abu Nawas ke istana.

Raja Bersumpah
Berangkatlah prajurit istana ke rumah duka dan membawa jasad Abu Nawas ke hadapan Raja.
Tubuh Abu Nawas yang sudah terbungkus kafan terbujur kaku di hadapan Raja.
Melihat pemandangan itu, kemarahan Raja menjadi luluh, Ia ikut sedih mengingat Abu Nawas banyak memberikan nasihat jitu kepadanya.
Bahkan di saat Sang Raja mendapat sedih, Abu Nawaslah yang sering menghiburnya.
Kesedihannya bertambah begitu mengetahui Abu Nawas mati setelah mendengar kemarahannya.

"Sungguh aku sedih, aku bersumpah, seandainya Allah SWT belum mencabut nyawa Abu Nawas, maka ia akan kuampuni dan akan kuberi hadiah atas pengabdiannya kepada kerajaan selama ini," tutur Raja di hadapan mayat Abu Nawas.

Mendengar sumpah atas nama Allah itu, Abu Nawas tiba-tiba bangun dan ia sendiri keluar dari kain kafan itu dan menagih janji Raja.

"Allah masih belum mentakdirkan aku untuk mati, maka sekarang tepatilah janjimu," kata Abu Nawas.

Tentu saja kejadian itu membuat seisi istana terperangah kaget.
Mereka tidak menyangka kalau Abu Nawas akan berpura-pura mati untuk mengelabuhi Raja.
Begitu pula Raja Harun, Ia tidak bisa lagi mengelak dan harus menepati janjinya karena telah bersumpah atas nama Allah SWT.

Kisah Abu Nawas Mengaku Hamil Demi Menyindir Raja

Mengaku Hamil Demi Menyindir Raja

Sultan Harun Al-Rasyid dikabarkan sedang stress di istana.
Konon penyebabnya sudah 7 bulan Abu Nawas tidak menghadap kepada dirinya, akibatnya suasana istana jadi sepi tanpa kehadiran Abu Nawas.
Ia menyesal karena melarang Abu Nawas berkunjung ke istana sehingga membuat Abu Nawas benar-benar tidak muncul di hadapan Raja.

Raja pun akhirnya mencabut sumpahnya dan menyuruh pengawal menemui Abu Nawas untuk mengajaknya ke istana.
"Mungkin ABu Nawas marah kepadaku, pergilah ke rumahnya dan ajaklah Abu Nawas menemuiku," perintahnya.

Abu Nawas Menunggu Dukun

Pengawal Raja pun berkunjung ke rumah Abu Nawas dan di luar dugaan, Abu Nawas menolak tawaran pengawal Raja itu.
Abu Nawas mengaku tengah hamil dan hendak melahirkan.

"Tolong sampaikan kepada Raja, aku sakit dan hendak bersalin dan aku sedang menunggu dukun beranak untuk mengeluarkan bayiku ini," kata Abu Nawas sambil mengelus perutnya yang buncit.

Maka kembalilah pengawal Raja itu dan menyampaikan kabar sebenarnya.
"Ajaib benar," kata Baginda Raja dalam hati setelah mendengar laporan pengawalnya.
"Baru kali ini aku mendengar kabar seorang lelaki bisa hamil," katanya heran.

Maka Raja pun akhirnya berkeinginan menengok Abu Nawas.
Ia pergi dengan di iringi sejumlah menteri dan para punggawa ke rumah Abu Nawas.
Begitu melihat Raja datang, Abu Nawas pun berlari-lari menyambut dan menyembah kakinya.

"Ya tuanku, berkenan juga rupanya tuanku datang ke rumah hamba yang hina ini," ucap Abu Nawas.
Raja pun kemudian di persilahkan duduk di tempat yang paling terhormat.
Sementara Abu Nawas duduk bersila di bawahnya.

"Ya Tuanku, apakah yang menyebabkan Tuanku datang ke rumahku ini?" tanya Abu Nawas.
"Aku kemari karena ingin tahu keadaanmu, engkau dikabarkan sakit hendak melahirkan dan sedang menunggu dukun beranak, benarkah demikian?" jawab Raja.

Abu Nawas tidak menjawab, ia hanya tersenyum.
"Coba jelaskan perkataanmu.Siapa lelaki yang hamil dan siapa dukun beranaknya," tanya Raja lagi.
Maka dengan senang hati berceritalah Abu Nawas.

Menyindir Raja

"Konon....Baginda mengusirku dari istana, tetapi setelah 7 bulan berlalu tanpa alasan yang jelas, sang Raja memanggil hamba ke istana, ini ibarat hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian hamil tanpa menikah.
Tentu sja itu melanggar adat dan agama, menggegerkan seluruh negeri," cerita Abu Nawas.

Abu Nawas menjelaskan bahwa sebagai seorang pemimpin, seharusnya Raja tidak mengeluarkan titah yang plin-plan, tidak boleh mencabut perintahnya lagi.
Jika itu dilakukan, ibarat menjlat air ludah sendiri dan itulah tanda-tanda pengecut.

"Oleh karena itu harus berfikir masak-masak sebelum bertinda, itulah tamsil seorang lelaki yang hendak bersalin," cerita Abu Nawas menyindir Baginda Raja.
"Lalu bagaimana dengan dukun beranak itu?" tanya Baginda.

"Adapun dukun beranak yang ditunggu, adalah Baginda kemari, dengan kedatangan Baginda kemari, berarti hamba sudah melahirkan, artinya hilangnya rasa sakit atau takut hamba kepada Baginda," cetus Abu Nawas.

"Bukan begitu Abu Nawas, aku tidak sungguh-sungguh melarangmu ke istana, melainkan hanya bergurau.
Besok datanglah engkau ke istana, aku ingin bicara denganmu," titah Raja.
"Segala titah Baginda, hamba junjung tinggi tuanku," sembah Abu Nawas dengan takzim.
Tetapi Raja hanya menggeleng-gelengkan kepala saja.

Kisah Abu Nawas Terima Hadiah Usai Menghina Raja

Terima Hadiah Usai Menghina Raja

Konon di jaman Raja Harun Al-Rasyid sebelum ada yang namanya toilet, yang ada hanya sungai untuk buang hajat.

Suatu ketika Sang Raja merasa perutnya sedang sakit dan sudah tidak bisa lagi untuk di ajak kompromi.
Seketika itu juga Raja meminta para pengawal untuk mendampinginya ke sungai demi menuntaskan hajatnya.

Kebetulan sungai di situ mengalir ke arah selatan.
Sudah menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat, jika sang Raja sedang buang hajat di sungai, maka rakyat di larang keras buang hajat di sebelah utaranya Raja, karena dikhawatirkan kotoran tersebut akan mengalir ke arah selatan dan mengenai badan sang Raja.
Bagi yang melanggar, maka akan mendapatkan hukuman berat dari sang Raja.

Tata Krama

Namun kali ini, peraturan tersebut tidak di indahkan oleh Abu Nawas.
Abu Nawas dengan santainya juga ikut buang hajat di sebelah utara agak jauh dari sang Raja.

Di saat asyik buang hajat, tiba-tiba saja ada suatu benda yang menyenggol pantat Raja.
Tanpa berpikir panjang, benda tersebut langsung di pegang dan di lihat oleh sang Raja.
Dan alangkah kagetnya ternyata benda tersebut adalah kotoran manusia.

Kontan saja hal itu membuat Sang Raja naik pitam, dan seketika itu juga Raja menyuruh para pengawalnya untuk menelusuri sungai di belahan utara dan menangkap orang yang buang hajat.
Benar saja, di sebelah utara agak jauh dari posisi Sang Raja terlihat sosok Abu Nawas sedang buang hajat dengan santainya.

Saat itu juga para pengawal langsung menagkap dan membawanya ke hadapan Raja untuk di hukum.
Ketika di hadapan Raja, Abu Nawas memprotes pada Raja kenapa dia ditangkap dan akan di hukum.
Raja pun menjawab bahwa perbuatan Abu Nawas itu telah melecehkan privasinya dan menginjak-injak harga dirinya sebagai Raja.

"Kamu memang tidak punya tata krama, berani-beraninya kamu buang hajat di sebelah utaraku sehingga kotoranmu mengenai badanku.
Kini kamu harus menerima hukuman dariku," bentak Sang Raja.

"Ma'af, tunggu sebentar wahai Raja," sela Abu Nawas.
"Ada apa? kali ini tidak ada lagi ampunan bagimu Abu Nawas," sahut Sang Raja geram.
"Tunggu sebentar, tolong beri saya kesempatan untuk menjelaskannya.Saya melakukan itu semua karena saya sangat menghargai Engkau wahai Raja," kata Abu Nawas.


Diberi Hadiah

Mendengar hal itu, Raja Harun Al Rasyid langsung sedikit tertegun dengan apa yang disampaikan oleh Abu Nawas.

"Perbuatan seperti itu kamu bilang malah menghormati aku?" tanya Raja keheranan.

"Begini Raja, selama ini jika Raja tengah mengadakan perjalanan dengan rakyat atau bersama pengawal, tidak ada satu pun dari rakyat atau pengawal yang berani mendahului jalannya Raja.
Begitu juga dengan saya, ketika saya ikut rombongan Raja, posisi ketika berjalan tidak berani mendahului Raja.
Itu saya lakukan karena saya menjaga tata krama dan sopan santun kepada Raja," bela Abu Nawas.

"Ya bagus, tapi apa hubungannya dengan perbuatanmu sekarang ini?" tanya Raja.

"Begini Raja, saya menghormati engkau tidak setenga-setengah.
Ketika saya buang hajat, saya memilih di sebelah utara Raja dan hal ini saya lakukan karena saya khawatir jika di sebelah selatan Raja, maka nanti kotoran saya tidak sopan kepada kotoran Raja karena sudah berani berjalan mendahului kotoran Raja.
Ini semua saya lakukan demi tata krama saya kepada kotoran Raja," jelas Abu Nawas.


Mendengar penjelasan Abu Nawas, Raja pun tersenyum
Dia tidak jadi marah dan menghukum Abu Nawas, tetapi Abu Nawas malah diberi hadiah karena alasannya masuk akal.

Kisah Abu Nawas Rumahnya Dijadikan Kandang Hewan

Rumah Dijadikan Kandang Hewan

Pada suatu hari ketika akan pergi ke istana, Abu Nawas kedatangan tamu yang tidak dikenalnya.
Namun bagi Abu Nawas hal itu bukan alasan untuk tidak menolong.
Memang setelah namanya tersohor menjadi penasihat yang ulung, banyak tamu asing yang ke rumahnya untuk meminta saran.

"Cobalah utarakan kesulitanmu padaku, mungkin aku bisa membantu," kata Abu Nawas.
"Tolonglah aku, rumahku teramat sempit dan tidak bahagia," kata orang asing itu.


"Siapa saja yang tinggal di rumah itu?" tanya balik Abu Nawas.
"Seorang istri dan delapan anak-anakku, wahai Abu Nawas," jawab orang asing itu.


Orang asing itu terlihat sangat tertekan dengan kondisi rumahnya.
Wajahnya nampak lesu dan gelisah.
Ironisnya, semangatnya untuk bekerja meredup seiring tekanan itu.

Sementara itu, Abu Nawas memutar otak untuk mengatasi permasalahan orang asing tersebut.
"Pantas saja rumahnya sesak, anaknya saja delapan orang," kata Abu Nawas dalam hati.
"Engkau punya seekor domba?" kata Abu Nawas memecah kesunyian.
"Tidak, tetapi aku mampu membelinya," jawab orang asing itu.
"Kalau begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu," jelas Abu Nawas.


Seekor Domba

Orang asing itu tidak membantah, ia langsung membeli seekor domba seperti yang disarankan oleh Abu Nawas.
Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas.

Wahai Abu Nawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku bertambah sesak," kata orang asing itu.
"Kalau begitu belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di dalam rumahmu," kata Abu Nawas lagi.


Orang itu juga tidak menolak, ia langsung membeli beberapa ekor unggas yang kemudian dimasukkan ke dalam rumahnya.
Namun, setiap kali lapor kepada Abu Nawas, ia justru disuruh untuk banyak menumpuk ternak dalam rumahnya.

"Apakah tidak salah saran Abu Nawas, dengan anak-anakku saja rumahku sempit, apalagi ditambah dengan ternak-ternak itu?" tanya orang itu dalam hati.
Namun karena tidak tahan dengan suasana rumah yang semakin sempit, orang itu datang lagi ke rumah Abu Nawas.

"Baiklah, kalau sudah merasa tidak tahan, juallah domba itu," kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah.
Ia langsung menjual domba yang baru dibelinya.
Beberapa harikemudian Abu Nawas pergi ke rumah orang itu dan menayakan perkembangannya.

Menjual Ternak

"Keadaanya sekarang lebih baik karenadomba itu sudah tidak lagi tinggal di sini," kata orang itu tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu sekarang juallah semua ternakmu," kata Abu Nawas.

Orang itu tidak melawan.
Ia langsung menjual semua ternaknya dan beberapa hari kemudian Abu Nawas mengunjungi orang itu kembali.

"Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang?" tanya Abu Nawas.
"Kami merasakan rumah kami bertambah luas karena ternak-ternak itu sudah tidak lagi tinggal bersama kami.
Dan kami sekarang merasa lebih berbahagia daripada dulu dan kami mengucapkan terima kasih," kata orang tiu dengan wajah berseri-seri.


Abu Nawas ikut senang dengan keberhasilan orang itu.
Ia lalu menjelaskan bahwa sebenarnya batas sempit dan luas itu hanyatertancap dalam pikiran seseorang.
Kalau ia selalu bersyukur atas nikmat dari Allah SWt, maka Allah akan mencabut kesempitan dalam hati dan pikiran hamba-Nya.

Kisah Abu Nawas Doa Untuk Meminta Jodoh

Doa Abu Nawas Untuk Meminta Jodoh

Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa.
Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.

Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita.
Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah.
Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu.
Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku.
Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong...pertimbangkan lagi ya Allah," ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.


STRATEGI DOA

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu.
Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya.
Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah.
Ia pun introspeksi diri.

Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku," katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi.
Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani "maksa" kepada Allah seperti doa sebelumnya.

Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku," begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya.
Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri.
Lama-lama ia mulai khawatir juga.
Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia.
Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.

PAKAI NAMA IBU

Abu Nawas memang cerdas.
Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit "diplomatis" dengan Allah.
Ia pun mengubah doanya.

"Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku.
Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah.
Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan.
Maka, berikanlah ia menantu," begitu doa Abu Nawas.


Dasar Abu Nawas, pakai membawa nama ibunya segala, padahal permintaanya itu tetap saja untuk dirinya.
Allah Maha Tahu, tidak perlu dipolitisir segala.

Tapi barangkali karena keikhlasan dan "keluguan" waliyullah Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.

Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas.
Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya.
Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.
Selamat Data Di www.irfanfr.blogspot.com Disini Ada. Request,Tips,Trick,Games,Software,Tools,Tutorial,Cheat. Jika Sudah Comment Yaaa