Pelayanan yang prima bisa meningkatkan penjualan. Karena itu,
berikanlah senyuman pada pelanggan, agar kita mampu memenangkan
persaingan.
Dalam pasar dengan model persaingan yang sempurna, misalnya seperti
deretan toko handphone di satu kawasan, tentu persaingan yang terjadi
sangat sengit. Adu harga, adu kualitas, adu merek, dan berbagai strategi
diskon sering dilakukan untuk meraih pelanggan. Begitu juga misalnya di
deretan toko yang menjual bunga, pusat kuliner, dan aneka ruang usaha
lain yang sejenis.
Tapi, pernahkah kita memperhatikan, satu toko terlihat lebih menonjol
daripada yang lain? Padahal, barang yang dijual hampir sama persis.
Model dan merek yang disediakan pun nyaris tak ada beda. Lantas, apa
yang menjadikan toko tersebut lebih laris dan kelihatan menonjol
dibandingkan yang lain? Barangkali, ada banyak faktor yang menyebabkan
perbedaan tersebut. Tapi, dari sekian banyak, pasti ada toko atau
restoran yang memiliki pelayanan yang lebih baik daripada yang lainnya.
Entah layanan paling cekatan, lebih ramah, lebih murah senyum, atau
memiliki aneka macam kelebihan lain yang tak dimiliki pesaingnya.
Kondisi ini mirip dengan ungkapan sederhana, "seseorang yang tak bisa senyum jangan membuka toko". Dalam banyak bisnis, pelayanan memang nomor satu.
Pelayanan ini bisa diwujudkan dalam berbagai macam program. Ada yang
“sekadar” memberikan layanan dengan sapaan khas penuh keakraban, ada
yang memberikan program bonus, ada yang memberikan aneka macam fasilitas
yang membuat nyaman pembelinya. Dalam hal ini, maka “senyum” yang
diberikan bisa diaplikasikan dalam aneka hal—yang intinya—memberikan
kepuasan bagi pelanggan agar bisa datang dan datang lagi.
Salah satu bentuk pelayanan yang bisa dijadikan pelajaran adalah bagaimana restoran cepat saji Pizza Hut
merespons masuknya aneka produk pizza lain yang makin menjamur. Salah
satu pesaing yang muncul belakangan dan langsung cepat terkenal adalah
Domino Pizza. Dengan mengandalkan layanan antar, Domino cukup cepat
mendapat tempat di mata pelanggan. Apalagi, mereka menjamin layanan
pizza yang masih fresh sampai cepat dan tepat waktu ketika
dipesan. Inilah satu bentuk “senyum” yang diberikan, yakni dengan
memberikan layanan antar yang sangat memudahkan pelanggan.
Tentu, Pizza Hut segera mengambil pelajaran. Jika sebelumnya layanan
antar mereka buat dengan kondisi yang “apa adanya”—terutama karena
keterbatasan lokasi restoran yang belum cukup tersebar rata—Pizza Hut
kemudian melakukan terobosan. Mereka membuat PHD atau Pizza Hut Delivery
dengan model restoran lebih kecil namun tersebar lebih merata. Mereka
juga mengkhususkan diri pada pizza dengan model layan antar lebih cepat.
Hebatnya, mereka berani menjanjikan bonus pizza gratis jika pesanan
belum datang lebih dari 30 menit. Inilah salah satu “senyuman” yang
ditawarkan PHD untuk memikat pelanggan.
Hasilnya? Saat ini, PHD makin populer untuk memberikan solusi bagi
pesanan orang yang kelaparan. Sebab, hanya dengan menelepon, tak sampai
30 menit, makanan datang dalam kondisi masih hangat dan fresh.
Kembali ke pengertian seseorang yang tak bisa senyum jangan membuka
toko, inilah bentuk-bentuk senyuman yang bisa dilakukan produsen untuk
memenangkan persaingan. Dalam hal ini, semakin prima pelayanan, maka orang pun akan lebih mudah menjadi pelanggan setia.
Sebaliknya, jika tak ada “senyuman”, hampir bisa dipastikan, orang pun
akan menjauh. Di sini jugalah, kemasan menjadi salah satu bentuk
“senyuman” yang bisa memenangkan persaingan. Tak jarang, berbagai macam
produk di dunia, dikemas dengan bentuk yang unik, lucu, bahkan bisa
dikoleksi. Atau, kemasan itu juga bisa dibentuk melalui berbagai program
komunikasi, baik melalui media iklan, media sosial, hingga berbagai
jenis anekarupa kegiatan—yang intinya—membuat pelanggan senang,
termanjakan, dan selalu merasa diberikan senyuman terbaik.
Jika senyuman itu bisa terus konsisten diberikan, dampaknya bisa jauh
lebih efektif. Tak jarang, para pelanggan malah bisa menjadi marketing
atau pemasar gratis yang ikut mempromosikan produk kita karena merasa
puas ketika mendapatkan “senyum” dari kita.
Tentu, semua itu tak lepas dari kualitas produk itu sendiri. makin
bagus pelayanan, jika tidak disertai dengan menjaga dan meningkatkan
kualitas produk, bisa jadi pelanggan tak kan bertahan lama. Karena itu,
terus jaga pelayanan, jaga kualitas produk. Dengan cara itu, “senyum”
yang diberikan, tak akan sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar